Ramadan Cinta #4: Zuhud Cinta

Manusia dihiasi cinta terhadap perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.” (QS. Ali Imran: 14)

Ayat di atas menggunakan kata kerja pasif “dihiasi”, pelaku (fa’il) disamarkan karena pelakunya memungkinkan satu di antara dua yang berpengeruh. Jika pengaruh positif yang dominan, maka kecintaan pada lawan jenis, anak dan properti diperoleh dan dimanfaatkan dengan bertanggung jawab dan sesuai dengan norma agama. Namun jika pengaruh negatif dan bisikan setan yang dominan, maka cara memperoleh dan memanfaatkannya tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam pandangan agama Islam. Jadi tergantung bagaimana mengelola dan mengarahkan kecendurungan naluri agar kita terhindar dari malapetka di dunia maupun di akhirat.

Sa’ad bin Abi Waqash meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw bersabda; ada empat kebahagiaan seseorang; istri yang salehah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang baik, dan kendaraan yang nyaman. Ada empat penderitaan manusia; istri yang jelek perangainya, tetangga yang jelek, kenderaan yang rusak dan rumah yang sempit.

Apa yang disebutkan Nabi di atas, dibreakdown dalam sepuluh Indeks kebahagiaan yang menjadi indikator kebahagiaan personal maupun secara komunal yaitu: kesehatan, pendidikan, pekerjaan, pendapatan rumah tangga, keharmonisan keluarga, ketersediaan waktu luang, hubungan sosial, kondisi rumah dan aset, keadaan lingkungan, dan kondisi keamanan.

Kegembiraan hidup yang dibahasakan dalam ayat al-Qur’an dengan “farihu bil hayatiduniya”, atau kesenangan dunia yang disebut dengan “mata’ duniya” adalah sunnatullah yang Allah tetapkan pada kehidupan manusia di dunia, jika manusia merasakan kenyamanan dan kesejahteraan dengan segala kenikmatan tersebut adalah hal yang sangat manusiawi.

Namun demikian, objek yang disebutkan di atas sangatlah relatif, sebab standard yang mungkin hampir pasti ada pada tiga hal yaitu; kepuasan hidup (life satisfaction), perasaan (affect) dan makna hidup (eudaimonia).

Tiga hal di atas terutama dalam hal memaknai hidup adalah hal yang utama dalam menikmati cinta dunia. Coba amati ungkapan Ibn al-Qayyim “jika harta ada di tanganmu bukan di hatimu maka tidaklah merusak dirimu sekalipun banyak, tapi kapan harta ada di hatimu sekalipun tidak ada yang kamu miliki maka itu merusak dirimu”

Bandingkan juga dengan sabda Nabi saw “Apa yang aku punya di dunia, tidaklah di dunia kecuali seperti orang yang berkendara, mampir sejenak istrahat di bawah pohon lalu pergi dan meninggalkannya (HR. Turmuzi).
Seorang datang kepada Nabi minta ditunjukkan perbuatan jika dilakukan Allah dan manusia mencintainya, Rasulullah jawab “zuhudlah! Allah pasti mencintaimu, dan zuhudlah di tengah manusia, maka manusia pun mencintaimu” (HR. Ibn Majah).

Zuhud adalah orang yang kaya harta, tapi hartanya sebatas di tangan tidak masuk merusak hatinya, cara memperoleh dan menyikapi hartanya membuat Allah jatuh cinta kepadanya.
Penulis: Prof. Dr. KH. Muammar M. Bakry, Lc., MA. (Ketua FKUB Sulawesi Selatan).

Tinggalkan komentar