Hasid Hasan Palogai: Isra Mi’raj Jalan Meraih Persatuan

“Barisan yang rapat dan lurus dalam shalat merupakan penggambaran pemeliharaan persatuan, dimana orang yang berdiri pada barisan tersebut tidak memandang status sosial seseorang, baik pejabat atau bukan pejabat, baik orang kaya atau orang miskin, baik berpendidikan tinggi atau tidak berpendidikan, semuanya harus berdiri sama dengan rapat dan lurus”

Isra Mi’raj yang dijalani oleh Nabi Muhammad SAW, jumhur menyepakati, terjadi pada suatu malam di tanggal 27 Rajab, suatu perjalanan yang hanya bisa diterima dengan pendekatan iman, logika manusia tidak bisa menerimanya. Bagaimana tidak, berjalan dari Masjidil Haram sesudah waktu isya dan kembali tiba di Masjidil Haram sebelum masuk waktu subuh.

Berdasar pada informasi Al Qur’an surat Al Isra ayat 1, ada Tuhan (Allah SWT) yang memperjalankan dan ada hamba-Nya (Muhammad SAW) yang diperjalankan. Bagi manusia yang mempercayai salah satu Kitab Suci, yaitu Al Qur’an, maka pasti akan meyakini informasi yang disampaikan oleh Rasulullah Muhammad SAW, seperti haqqul yakin-nya Abu Bakar Ash Shiddiq menerima dan meyakini kebenaran informasi yang disampaikan sahabatnya Rasulullah Muhammad SAW.

Satu yang menarik dari peristiwa perjalanan Isra Mi’raj yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. adalah dipanggilnya menghadap langsung Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT untuk mendapatkan solusi dari permasalahan yang kemungkinannya akan dialami oleh manusia setiap saat, yaitu agar manusia selalu aktif secara rutin berkomunikasi dengan Tuhan melalui ibadah shalat yang diperintahkannya.

Tempat yang paling afdhal melakukan ibadah kepada Allah SWT, bagi umat Islam, adalah masjid, dimana ibadah dilaksanakan secara berjamaah (bersama), dan umat yang datang ke masjid untuk shalat tidak hanya diperuntukkan bagi satu kelompok saja, tapi dia dibuka selebar-lebarnya kepada umat Islam tanpa membedakan golongan atau faham keagamaan yang diyakininya.

Kualitas dan derajat shalat berjamaah yang dilaksanakan di masjid sangat ditentukan oleh rapat dan lurusnya shaf, dimana ketentuan bakunya adalah siapa yang duluan datang ke masjid maka dialah yang berhak menempati shaf yang pertama, tanpa memandang status sosial orang tersebut, dia pula-lah yang memperoleh keutamaan shalat berjamaah tersebut.

Filosofi yang didapatkan dari shalat berjamaah yang dilakukan tersebut adalah rapat dan lurusnya barisan umat dalam melakukan kebaikan, Allah SWT mengandaikan orang yang lurus dan rapat shafnya di dalam beribadah seperti sebuah gedung yang dibangun dengan kokoh, sebagaimana yang tertera dalam QS. Ash Shaf ayat 4.

Barisan yang rapat dan lurus merupakan penggambaran pemeliharaan persatuan, dimana orang yang berdiri pada barisan tersebut tidak memandang status sosial seseorang, mau pejabat atau bukan pejabat, mau orang kaya atau orang miskin, mau berpendidikan tinggi atau tidak berpendidikan, semuanya harus berdiri sama dengan rapat dan lurus.  

Hikmah yang bisa dipetik dari peristiwa Isra Mi’raj adalah shalat diperintahkan untuk dilaksanakan dengan mengedepankan persatuan, dengan membangun persahabatan dengan seluruh umat manusia.

Penulis : Hasid Hasan Palogai / Editor : S.Putra

Tinggalkan komentar