Isra Mikraj, Ketua FKUB Sulsel: Momentum Memperkokoh Relasi Diri dengan Tuhan, Sesama Manusia dan Alam Semesta

Makassar, FKUB-Sulsel, Forum Kerukunan Umat Beragama  (FKUB) Provinsi Sulawesi Selatan, memasuki momentum Isra Mikraj, Ketua FKUB Provinsi Sulawesi Selatan menilai bahwa peristiwa Isra Mikraj tidak hanya sebagai momentum ritual perjalanan Nabi Muhammad Saw, dalam menerima perintah pelaksaan salat 5 (lima) waktu, melainkan lebih dari sekedar peristiwa yang berhubungan dengan ibadah secara vertical antara Umat Islam dengan Allah Swt, melainkan peristiwa Isra Mikraj merupakan peristiwa maha penting dalam hubungannya ibadah secara horizontal antara manusia dengan sesama manusia dan alam semesta.  

Bagi Prof Muammar, Isra Mikraj adalah peristiwa Maha Penting dalam Sejarah peradaban Islam, Dimana perintah melaksanakan salat oleh Allah Swt, kepada Nabi Muhammad Saw. Prof Muammar berpendapat, Bahwa Salat ibarat chargering  bagi Umat Islam agar lebih produktif dalam kehidupan termasuk kehidupan social.

“Isra Miraj intinya adalah perintah Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw., dan Ummatnya untuk melaksanakan salat. Salat semacan cas kepada Umat Islam agar bisa lebih produktif dalam kehidupannya termasuk dalam sosial kemasyarakatan,” paparnya.

Lebih lanjut, Imam Besar Masjid Al-Markaz Al-Islami ini juga menilai, bahwa pelaksanaan salat tidak hanya dilihat sebagai ritual ibadah yang hubungannya hanya kepada Allah Swt saja, melainkan pelaksaan salat merupakan ritual ibadah yang sangat erat kaitannya dengan hubungan antara sesame manusia, ia mengibaratkan Gerakan salat yang dimulai dari Takbir hingga Salam adalah Gerakan yang memiliki makna mendalam terhadap kehidupan manusia.

Rektor UIM Al-Gazali Makassar ini juga berpendapat, bahwa Gerakan salam dalam salat bermakna memberikan kedamaian. Sehingga ia berpandangan jika filosofi salat tertanan dalam diri manusia, maka sejatinya Umat Islam juga senantiasa menebar kedamaian lingkungannya dan alam semesta.

“Itulah sebabnya salat dimulai Takbir sebagai bentuk Membesarkan Tuhan (Allah Swt), dan diakhiri dengan Salam sebagai bentuk kedamaian. Tidak sah salat seseorang tanpa menyebut kata-kata kedamaian diakhir salatnya. Diharapkan dari filosofi salat orang yang aktif salat aktif juga menebarkan kedamaian kepada lingkungan, tidak hanya kepada sesama muslim tapi juga kepada sesama manusia dan lingkungan,” tutupnya.
Penulis: S. Putra.

Tinggalkan komentar