Apresiasi Arak-Arakan Imlek 2576, Ketua FKUB Sulsel: Momentum Memperkokoh Persatuan dalam Keberagaman di Sulawesi Selatan

Makassar, FKUB-Sulsel, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Mengapresiasi pelaksaan arak-arakan Dewa Cap Go Meh dalam rangka memeriahkan Tahun Baru Imlek 2576, yang digelar disepanjang Jalan Sulawesi Kota Makassar, Minggu (02/02/2025).

Berdasarkan Informasi yang dihimpun, sebanyak 6000 orang peserta yang mengikuti arak-arakan Dewa Cap Go Meh pada perayaan Tahun Baru Imlek 2576. Arak-arakan dipimpin oleh Dewa Kwan Kong dan 11 Klenteng di Sulawesi Selatan.

Menurut Ketua Panitia Festival Cap Go Meh Biksu Roy Ruslim bahwa kegiatan ini melibatkan puluhan klenteng, vihara dan cetiya. “Ini rekor dengan jumlah peserta 6.000 dari berbagai klenteng, vihara dan cetiya,” ungkapnya.

Tidak hanya pertunjukan Barongsai, juga terdapat barisan bendera yang meliputi bendera Indonesia, Bendera Buddhis, dan Bendera Walubi, serta,  Barisan Bhinneka Tunggal Ika dan barisan Kesenian atau budaya daerah.

Wakil Ketua III Walubi sekaligus Panitia Cap Go Meh, Mikel Darmaji mengatakan,  prosesi arak-arakan Dewa ini sebenarnya bertujuan untuk memberkahi Kota Makassar. 

“Masyarakat Tionghoa ikut mendoakan Kota Makassar senantiasa damai, aman, sejahtera, serta kehidupan masyarakat bisa tertib, dan sejahtera,” serunya.

Ketua FKUB Sulsel, Prof Muammar Bakry, dalam keterangan tertulisnya menyampaikan permohonan maaf karena tidak berkesempatan hadir dalam acara arak-arakan tersebut. Beliau menilai, festival arak-arakan Imlek 2576 sebagai bentuk pertunjukan agama, etnis dan budaya yang semakin memperkokoh keberagaman  dan kebersamaan masyarakat di Sulawesi Selatan.

“Secara pribadi dan organisasi, FKUB Sulsel tentu sangat mengapresiasi kegiatan ini, selain sebagai bentuk pertunjukan agama, etnis dan budaya, kegiatan ini tentu memperkokoh keberagaman, persatuan dan kebersamaan masyarakat, tidak hanya umat Tinghoa tetapi masyarakat Sulawesi Selatan secara umum,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Prof Muammar menghimbau, bahwa setiap Agama, Budaya dan Etsnis memiliki cara tersendiri dalam berkespresi, ia berharap masyarakat Sulawesi Selatan menghargai keberagaman tersebut, sebagai perwujudan toleransi dan Kebhinekaan dalam perbedaan.

“setiap agama dan setiap budaya memiliki ciri khas masing-masing, maka setiap budaya, agama, dan etnis sepatutnya kita hargai, sebagai wujud toleransi dalam masyarakat dan kebhinekaan dalam perbedaan”, pungkasnya. (S.Ptr)

Tinggalkan komentar