
Manusia Makhluk “Membumi dan Melangit” (Refleksi Nilai dan Hikmah Peristiwa Isra’ dan Mi’raj)
Isra’ beramakna perjalanan malam secara horisontal dan mi’raj berarti naik ke tempat yang tinggi secara vertical. Peristiwa Isra’ dan Mi’raj menggambarkan mobilitas kehidupan manusia secara horizontal di satu sisi dan secara vertical di sisi yang lain dalam satu kesatuan tidak terpisahkan. Mengabaikan salah satunya sekaligus juga berarti menegasikan yang lainnya. Kebaikan dan kesempurnaan hidup seseorang sangat tergantung pada kesadaran untuk merawat harmoni kehidupan dengan sesama penghuni alam dan pada saat bersamaan senantiasa menjaga hubungan secara vertikal kepada Tuhan melalui ketaatan melakanakan ibadah sebagai bentuk upaya pendekatan dan “penyatuan” dengan Tuhan.
Perjalanan dari Masjid Haram ke Masjid Aqsha adalah simbol perjalananan manusia untuk menjadikan dirinya sebagai makhluk yang dituntut untuk meraih kemuliaan dan kebahagiaan hidup di bumi sekarang ini. Dalam kehidupan di dunia kini dan sini, manusia dituntut untuk “membumi” bermakna setiap individu harus menyadari keberadaannya sebagai bagian dari alam yang memiliki tanggung jawab untuk menjaga keselamatan alam. Manusia disilakan mencari anugerah dari alam untuk mendukung pemenuhan kebutuhan hidupnya tanpa harus merusaknya. Secara khusus manusia dituntut untuk merawat hubungan dalam ikatan kasih saying kepada sesama manusia sebagai fundasi dalam membangun kehidupan bersama secara rukun dan damai.
Adapun perjalanan secara vertikal dari Masjid Aqsha ke Shidratul Muhtaha mengandung makna pentingnya meraih kemuliaan dan kebahagiaan hakiki melalui pendekatan diri kepada Tuhan. Ritual peribadatan yang dilaksanakan oleh manusia umumnya bertujuan untuk merawat hubungan dengan Tuhan sebagai Wujud Maha Sempurna dan merupakan asal-usul segala yang ada. Pengabaian dan penolakan terhadap upaya pendekatan diri kepada Tuhan tidak hanya menyebabkan terputusnya hubungan dengan Asal Kejadian tetapi juga menyebabkan manusia mengalami keterasingan hidup yang berpotensi memicu tumbuhnya sikap dan perilaku yang menyalahi nilai-nilai kemuliaan dan kesucian yang tertanam pada diri manusia saat diciptakan oleh Sang Maha Pencipta.
Pelajaran penting yang perlu diperkuat dari peristiwa Isra’ dan Mi’raj adalah perlunya setiap umat beragama, khususnya muslim, untuk meningkatkan kesadaran dan komitmen untuk merawat kehidupan bersama dan bersesama secara rukun dan damai sesuai nilai-nilai luhur ajaran agama. Ritual peribadatan tidak hanya dipandang sebagai bentuk peyembahan kepada Tuhan tetapi juga menjadi modal untuk membangun dan melahirkan sikap dan perilaku mulia dan luhur dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Memperingati peristiwa Isra’ dan Mi’raj menegaskan bawa kemuliaan dan kesempurnaan seseorang terletak pada kemampuannya untuk menjadikan dirinya sebagai manusia yang “membumi” dan pada saat bersamaan juga “melangit”.
Penulis : Dr. H. Norman Said, MA. (Pengurus FKUB Sulsel) / Editor: Sadri Saputra