
Penulis: Prof. Dr. KH. Muammar Muhammad Bakry, Lc., MA. (Ketua FKUB Provinsi Sulawesi Selatan)
Cinta adalah ungkapan hati yang tulus yang keluar dari lubuk hati yang dalam sebagai apresiasi kesukaan pada sesuatu atau pada seseorang. Bisa relatif tergantung cara pandang orang menilai cinta itu. Jika didasari atas nilai baik, maka akan menampilkan cinta yang berkualitas dan manusiawi. Namun jika didasari pada syahwat dan hawa nafsu, maka akan melahirkan cinta yang tidak terkendali dan cenderung merusak tatanan sosial yang diatur dalam sunnatullah yang Allah tetapkan.
Perwujudan cinta kepada Allah adalah cinta kepada ciptaan-Nya. Jika seseorang mencintai ciptaan-Nya, dia juga mencintai penciptanya. Keinginan ini membuat seseorang termotivasi dalam hidupnya. Mari kita nikamti ungkapan cinta dari para ulama sebagai apresiasi cinta tulus mereka berdasarkan referensi yang ada dengan penjelasan yang lebih kontekstual.
Ali bin Abi Thalib sering kali memakai baju tertentu dalam banyak kesempatan, ketika ditanya kenapa baju itu sering dipakai? Beliau jawab bahwa baju ini pemberian kekasihku dan sahabatku Umar bin Khatab, Umar adalah inspirasi nasehat agama, dengan baju ini ada semangat untuk selalu menasehati.
Ibn Taimiyah berkata; jika engkau mencintai seseorang karena Allah, sesungguhnya Allah lah yang dicintai. Setiap engkau melukiskan orang itu di hatimu, yang muncul adalah Allah dan menjadikan cintamu semakin engkau mencintai-Nya. Setiap kali engkau mengingat Nabi Muhammad saw dan nabi-nabi lainnya serta para sahabat, maka ingatan itu menambah kecintaanmu kepada Allah swt. Orang yang yang dicintai karena Allah akan menambah kecintaan kita kepada Allah, orang yang mencintai karena Allah hakikatnya yang dicintai adalah Allah.
Ibn al-Qayyim berkata; cinta adalah kehidupan hati dan suplemen batin, hati tidak bahagia dan hidup tanpa cinta, jika itu hilang dari hati maka akan menyiksa hati orang yang telah hilang dari cahayanya. Hati jika hilang cahaya cintanya lebih berbahaya daripada telinga tanpa pendengaran, hidung tanpa penciuman, lidah tanpa ucapan.
Ditambahkan oleh beliau, apabila seseorang pergi berjumpa dengan kekasihnya, pasukannya akan ikut bersamanya, cinta berada di depan mengawal perjalanannya, harapan dan rindu menuntun jalannya, jika telah sampai ke tempat tujuannya kekasih menyambut dengan riang dan gembira.
Abu Bakar al-Warraq berkata, Khalifah al-Makmun bertanya kepada Bin Thahir tentang cinta, dijawab wahai Amirul Mukminin “Ketika jiwa berseberangan diterangi oleh keterpautan hati, secercah cahaya akan terpancar darinya, menerangi batin anggota tubuhnya, lalu bergerak mengikuti indahnya alam sehingga terpancar kehidupan jiwa yang dibalut dengan cinta.
Hammad al-Rawiyah ditanya tentang cinta, dijawab bahwa cinta adalah pohon akarnya adalah pikiran, dahannya kenangan, rantingnya begadang, daunnya penyakit buahnya adalah kematian. Cinta seperti ini adalah cinta destruktif yang merusak ekosistem diri dan lingkungan.
Abu Bakar al-Warraq berkata Esensi cinta adalah menyaksikan kekasih setiap saat, selain kekasih bisa jadi penghalang. Diawali dengan kepasrahan dan keyakinan, dengan itu mengantar orang-orang yang bertakwa di sorga kenikmatan.