
Penulis: Prof. Dr. KH. Muammar Muhammad Bakry, Lc., MA. (Ketua FKUB Provinsi Sulawesi Selatan).
Memberi adalah kegiatan yang mulia, hanya mampu dilakukan oleh orang yang dititipkan kepadanya sifat kumuliaan Allah yakni Al-Karim, karena itu adalah rahmat besar bagi orang yang termasuk di dalamnya. Itulah sebabnya hati orang yang memberi relatif lebih happy daripada orang yang hanya selalu menerima. Meskipun mungkin tidak banyak modal materi yang dimiliki, tapi merasa bahagia jika ia mampu berbagi kepada orang lain.
Seorang Abah yang berumur 50an tahun di Purwokerto yang memiliki usaha kecil menjual makanan dengan gerobaknya, meskipun masih ngontrak rumah, tapi setiap hari Jumat sang Abah menggratiskan makanannya kepada orang yang makan, disebut sebagai Jumat berkah.
Jika orang kaya yang berlebihan mampu berbagi, adalah hal yang wajar dengan anugerah harta yang dimiliki, tapi orang yang tidak kaya namun mampu memberi adalah hal yang istimewa. Maka Allah berfirman dalam hadis qudsi, “Aku cinta pada orang-orang kaya yang pemurah tapi aku lebih cinta orang fakir yang pemurah.”
Allah swt mencintai orang kaya yang dermawan, karena mensyukuri nikmat yang Allah berikan kepadanya. Tapi kecintaan Allah semakin bertambah kepada orang yang tergolong miskin, tapi ia mampu mendahulukan kepentingan dan kebutuhan orang lain dengan menyiapkan apa yang dia sanggupi.
Nabi saw menganjurkan untuk saling memberi agar muncul rasa cinta. karena itu, saling mencintai dalam persahabatan bisa terjalin dengan saling berbagi, meskipun keutamaan berbagi dan memberi bukan kepada mereka yang dicintai, tapi berbagi kepada mereka yang membutuhkan. Sebagai wujud syukur seorang hamba diekspresikan dengan memberi, namun demikian memberi bukan diukur secara kuantitas seberapa besar dan dan harga sesuatu yang diberi, namun seberapa tulus dan ikhlasnya apa yang dilakukan. Maka berbagi kepada sesama memberi jiwa rasa damai, berbagi dengan tulus tanpa pamrih memberikan perasaan cinta.
Perhatikan QS Ali Imran 133-134 Bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga (yang) luasnya (seperti) langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.
Ternyata sifat orang yang bertakwa adalah yang gemar memberi dan berbagi apakah melalui sadaqah, infak dan lain-lain, yang tak mengenal kondisi, baik dalam keadaan lapang atapun susah. Memberi sudah menjadi habitatnya. Merasa ada yang kurang jika belum memberi dalam sehari. Apalagi jika memberi adalah sesuatu yang dicintai, sebagaimana tipologi orang yang memberi yakni yang utama memberi sesuatu yang paling disukai, misalnya membeli 2 baju dengan harga yang berbeda, yang diberi kepada orang adalah harga yang lebih mahal daripada yang dia pakai. Lebih mengutamakan orang yang diberi dari pada dia sendiri. Ini tentu sangat sulit, tapi itulah Firman Allah swt dalam QS. Ali Imran 93 (Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya).