
Penulis : Prof. Dr. KH. Muammar Muhammad Bakry, Lc., MA. (Ketua FKUB Provinsi Sulawesi Selatan).
Dalam Kitab al-Barazanji yang populer dibaca oleh masyarakat muslim sunni di hampir semua negara Islam termasuk di Indonesia, di bab terakhir bab ke-19 dijelaskan di ayat pertama sebagai berikut “ Wakaana Shallallahu ‘alaihi wasallama syadidal hayaai wattawadhui yakhshifu na’lahu wa yarqau tsaubahu wa yahlubu syaatahuu wa yasiiru fii khidmati ahlihii bisiiratin sariyyah”
Terjemahan petikan ayat di atas sebagai berikut “Adalah Nabi saw sangat pemalu dan rendah hati, dia sendiri yang mengesol sandalnya, menjahit pakaiannya, memeras susu kambingnya, dan membantu pekerjaan urusan rumah tangganya dengan senang hati”.
Ternyata di tengah kesibukan Rasulullah saw berdakwah dan bermuamalah dengan umat dan masyarakatnya, Nabi tidak melupakan posisinya sebagai suami dan kepala rumah tangga dengan terjun langsung membantu dalam urusan dapur rumah tangganya.
Romantisme dalam keluarga bisa terwujud jika jalinan suami istri juga dilanjutkan dalam urusan dapur, sesekali ikut masak bersama, mencuci bersama dan seterusnya.
Kedudukan dan jabatan publik di luar rumah jika di bawah masuk ke dalam rumah terkadang membuat ketegangan dalam rumah tangga, terbiasa dalam layanan protap yang formalistik menjadi suasana keluarga menjadi kaku.
Nabi Muhammad saw adalah contoh terbaik dengan berbagai kapasitas dan aktivitas bisa menyesuaikan diri sebagai suami, ayah, dan kakek dalam keluarganya.
Beliau adalah ayah dan kakek yang dirindukan oleh anak-anaknya, suami yang dirindukan oleh istri-istrinya.
Menjadi tempat curahan hati semua anggota keluarga, tempat berdiskusi yang tidak pernah menyinggung perasaan siapapun apalgi sampai menyakiti perasaan, hati dan fisik orang terutama keluarganya.
Perlakukan wanita dengan baik, karena wanita diciptakan dari tulang rusuk, dan bagian tulang rusuk yang paling bengkok ada di bagian atas, jika diluruskan maka akan patah, dan jika dibiarkan tetap bengkok, maka perlakukanlah wanita dengan baik.
Demikian sabda Rasulullah saw diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Wanita disebut berasal dari tulang rusuk laki-laki sebagaimana yang masyhur dalam riwayat penciptaan Hawa, kemudian ayat QS. An-Nisa’: 1 “Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan menciptakan darinya pasangannya; Allah memperkembangbiakkan dari keduanya laki-laki yang banyak dan perempuan…”
Jika dilihat dari anatomi tulang rusuk manusia baik laki maupun perempuan jumlahnya sama, kanan dan kiri secara normal masing-masing 12.
Tentang pemahaman sebagian besar orang mukmin bahwa Hawa diambil dari tulang rusuk Adam adalah masalah keagamaan yang gaib.
Namun kemungkinan makna lain dipahami secara metaforis bahwa hikmah penyebutan perempuan dari tulang rusuk kiri bagian atas menunjukkan bahwa status perempuan adalah mitra sejajar bagi laki-laki, tidak disimbolkan dari tulang kepala dan tulang ekor karena perempuan bukan atasan atau bawahan laki-laki.
Disebutkan berasal dari laki-laki menunjukkan bahwa perempuan adalah bagian dari laki-laki yang harus dijaga sebagaimana menjaga diri kita.
Tidak boleh dipatahkan namun tetap dibina dan dijaga sebab disimbolkan dari tulang yang bengkok. Demikian metaforis yang disampaikan Nabi saw dalam memanusiakan perempuan.