
FKUB Sulsel, Rumah Bersama Umat Beragama dan Teladan Nasional dalam Merawat Kerukunan
oleh Mallingkai Ilyas (Sekretaris FKUB Sulawesi Selatan)
Sulawesi Selatan dikenal sebagai salah satu provinsi dengan tingkat kerukunan umat beragama tinggi di Indonesia. Di balik capaian itu, ada kerja panjang, tenang, dan konsisten dari sebuah lembaga yang menjadi rumah bersama bagi semua pemeluk agama, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulawesi Selatan.
FKUB bukan sekadar forum simbolik. Ia adalah wadah nyata tempat para tokoh lintas agama duduk bersama, berdialog, dan mencari solusi ketika potensi gesekan sosial muncul di tengah masyarakat. Semua agama yang diakui negara memiliki perwakilan dalam kepengurusan FKUB, menjadikannya cerminan miniatur Indonesia yang majemuk.
Landasan kerja FKUB sangat jelas: Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama Nomor 9 dan 8 Tahun 2006, tentang pedoman pelaksanaan tugas kepala daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan FKUB, dan pendirian rumah ibadat. Regulasi ini bukan sekadar aturan, tapi jembatan antara kewajiban pemerintah pusat dan daerah dalam menjaga harmoni sosial di era otonomi daerah.
Dari Pilkada Damai hingga Mediasi Konflik
Salah satu contoh nyata peran strategis FKUB Sulsel adalah kontribusinya dalam menciptakan Pilkada Damai 2024. Enam bulan menjelang pemilihan, FKUB aktif turun ke lapangan melakukan sosialisasi ke berbagai komunitas – mulai dari tokoh agama, tokoh pemuda, mahasiswa, hingga komunitas lintas iman – bekerja sama dengan KPU Sulsel dan Bawaslu Sulsel.
Hasilnya? Pemilihan kepala daerah berlangsung damai, tertib, dan kondusif. Tidak ada gesekan berarti di lapangan. Ini menunjukkan bahwa kerja-kerja sosial dan dialog kultural yang dilakukan FKUB jauh lebih efektif dalam mencegah konflik dibanding sekadar imbauan formal.
Tak berhenti di situ, ketika muncul kasus ajaran menyimpang di Gowa, penolakan rumah ibadah di beberapa daerah, hingga demonstrasi 29 Agustus 2025 yang berujung pada pengrusakan fasilitas umum, FKUB Sulsel kembali tampil di garis depan.
Dengan pendekatan dialog dan edukasi keagamaan, FKUB menenangkan masyarakat, mengajak semua pihak kembali pada esensi ajaran agama yang menolak kekerasan dan pengrusakan. Dalam waktu singkat, situasi bisa dikendalikan tanpa memperlebar konflik.
FKUB juga terus menggelar penguatan kerukunan bagi tokoh agama dan mahasiswa lintas iman, yang kemudian diakhiri dengan Deklarasi Damai Umat Beragama Sulawesi Selatan. Langkah ini menunjukkan komitmen kuat bahwa kerukunan tidak lahir dari keheningan, tetapi dari kerja nyata dan kolaborasi.
Ngopi Rukun: Dari Sulsel untuk Indonesia
Salah satu program kreatif yang kini menjadi ikon nasional adalah “Ngopi Rukun”, forum dialog santai lintas agama yang digagas oleh FKUB Sulsel.
Dalam suasana nongkrong santai, para tokoh agama, akademisi, pemuda lintas iman, dan pemerintah duduk bersama membahas isu aktual seputar toleransi, kebangsaan, dan moderasi beragama. Dari obrolan ringan di cangkir kopi, lahir gagasan-gagasan besar tentang Indonesia yang damai dan saling menghargai perbedaan.
Program ini tidak hanya mencairkan sekat-sekat antarumat beragama, tapi juga melahirkan jejaring kolaboratif lintas generasi dan lintas komunitas.

Kerukunan yang Terukur dan Diakui Nasional
Capaian FKUB Sulsel tidak hanya terasa, tetapi juga terukur secara nasional. Dalam tiga tahun terakhir, Indeks Kerukunan Umat Beragama (KUB) Sulawesi Selatan terus meningkat, tahun 2022: 75,44, tahun 2023: 76,95 dan tahun 2024: 79,04
Tiga tahun berturut-turut, nilai Indeks KUB Sulsel selalu berada di atas rata-rata nasional. Bahkan khusus tahun 2024, Indeks KUB Nasional berada pada angka 76,47, sementara Sulawesi Selatan mencapai 79,04 dan menempati urutan ke-9 tertinggi secara nasional.
Data ini menunjukkan bahwa Sulawesi Selatan telah bekerja dengan baik dalam memberikan layanan keagamaan yang berdampak langsung pada masyarakat, khususnya dalam memperkuat rasa saling percaya antarumat beragama.
Kinerja ini pun mendapat sorotan nasional. Banyak pihak mengapresiasi manajemen kelembagaan, inovasi program, serta dukungan pemerintah daerah melalui aspek anggaran yang memadai. Kombinasi tiga elemen ini – soliditas lembaga, kreativitas program, dan dukungan pemerintah – menjadikan FKUB Sulsel sebagai role model nasional dalam merawat kerukunan.

Rumah Terbuka untuk Semua
Bagi siapa pun yang ingin berdialog, belajar, atau berkolaborasi dalam membangun kerukunan, FKUB Sulsel selalu terbuka. Kantornya di Jalan Rappocini Raya Makassar (samping Kantor Kemenag Kota Makassar) menjadi ruang terbuka untuk berdiskusi, berbagi ide, dan membangun sinergi lintas iman.
Bahkan, sejumlah lembaga pemerintah, ormas, dan kampus telah menjalin kerja sama dengan FKUB Sulsel untuk memperkuat jejaring toleransi. Karena sejatinya, kerukunan bukan milik satu kelompok atau agama, tetapi tanggung jawab bersama seluruh anak bangsa.
Sulawesi Selatan kini telah menunjukkan bahwa kerukunan bisa dikelola dengan baik -asal ada niat tulus, komunikasi terbuka, dan kerja kolaboratif. Dan di tengahnya, FKUB Sulsel terus berdiri sebagai penjaga harmoni, penghubung hati, dan rumah bagi semua umat beragama.
Editor: S. Saputra